Ribuan Nahdiyin long march tolak FDS, Rabu (30/8)/Rom

REMBANG, rembangcyber.com - Ribuan santri, pelajar dan warga Nahdiyin di Kabupaten Rembang menggelar aksi damai menolak kebijakan Lima Hari Sekolah atau Full Day School (FDS), Rabu (30/8) siang.

Penolakan dilakukan karena Kebijakan tersebut dinilai akan mematikan keberadaan Madrasah Diniyah (Madin) serta pondok pesantren.

Aksi damai dilakukan dengan long march sepanjang 3 Kilometer dari Gedung NU Rembang di Jalan Pemuda menuju Masjid Agung Rembang. Sepanjang perjalanan, massa mengusung dan membentangkan berbagai poster dan spanduk berisi penolakan FDS.

“Kami meminta kepada Bupati Rembang untuk menolak pemberlakuan kebijakan Lima Hari Sekolah semua jenjang pendidikan di Rembang” ucap koordinator aksi, Abdul Manaf.

Setelah menggelar orasi, massa juga menggelar istigasah akbar bertajuk doa bersama untuk kemaslahatan Rembang. Istigasah dipimpin oleh para kiai sepuh NU di Rembang.

"Semua badan otonom di bawah PCNU Rembang dan Lasem terlibat. Tak hanya itu, juga ada lembaga pendidikan ma’arif NU se-Kabupaten Rembang ikut dalam aksi ini. Termasuk para wali murid yang sepakat dengan penolakan ini. Kita bersatu padu menolak dengan tegas FDS," ungkap Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Rembang, KH Ahmad Sunarto.

Di jajaran pemerintah, nampak hadir Bupati Rembang Abdul Hafidz dan wakilnya Bayu Andrianto, Ketua DPRD Rembang Majid Kamil serta jajaran Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Rembang.

“Pemerintah Kabupaten Rembang dengan ini menyatakan menolak kebijakan yang dibuat oleh Kemendikbud terkit program lima hari sekolah. Penolakan ini bukan tanpa sebab, ada sejumlah alasan-alasan yang sudah kami cantumkan di petisi yang akan saya tanda tangani ini. Nantinya akan dikirim kepada Presiden RI, ditembuskan kepada Kemendikbud dan Gubernur Jateng,” ucap Bupati Rembang, Abdul Hafidz. (Rom)

Kirim Komentar: