Gus Obi' (kiri) saat menemui para tamu di kediamannya. (Rom/Rembangcyber) |
Haul ini dihadiri sejumlah tokoh diantaranya Katib 'Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), Anggota DPR RI asal Lasem, Rembang, Muhammad Arwani Thomafi (Gus Aang).
Kegiatan haul dipusatkan di halaman Pondok Pesantren Alhamdulillah.
Sepintas, peringatan haul di Pondok Alhamdulillah berjalan biasa layaknya haul-haul di tempat lainnya. Namun jika ditelusuri lebih mendalam, ada kekhasan yang tersaji di sini.
Oleh pihak keluarga--Nyai Hj Nur Rohmah Syahid--hadirin disediakan jamuan makan sebagai bentuk memuliakan tamu seperti yang dilakukan oleh Kiai Syahid semasa hayat.
Makam Nyai Shofiyah Syahid berdampingan dengan makam Kiai Syahid di komplek Ponpes Kemadu. (Rom/Rembangcyber) |
Terkait ketokohan Ibu Nyai Shofiyah Syahid, Katib 'Aam PBNU
KH Yahya Cholil Staquf atau yang biasa disapa Gus Yahya mengatakan bahwa Nyai Shofiyah merupakan sosok wanita hebat yang setia mendampingi Mbah Syahid dalam merintis pondok dan mengajar masyarakat dan para santri belajar tentang agama Islam.
"Nyai Hj Sofiyah wafat pada usia 73 tahun, tepatnya pada Mei 1994. Semasa hayat, beliau sangat total membantu Kiai Syahid mengembangkan pondok," terangnya.
Pada kesempatan lain, Gus Yahya pernah bercerita terkait kiprah Nyai Syahid yang dia dapatkan langsung baik dari Nyai Shofiyah maupun Kiai Syahid semasa hayat.
KH Yahya Cholil Staquf yang juga pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang mengisahkan bahwa Mbah Kiai Syahid Kemadu menikah dengan Mbah Nyai Shofiyah yang saat itu usianya jauh lebih sepuh.
Nyai Nur Rohmah Syahid (kiri) dan Neng Sa (kanan). (Dok Ponpes Kemadu) |
Dalam perjalanannya, Mbah Syahid sangat menghormati sang istri.
Nyai Shofiyah bukanlah perempuan biasa melainkan perempuan hebat yang rela berkorban untuk mendukung kiprah sang suami mencerdaskan masyarakat.
Dikatakan Gus Yahya, pernah suatu ketika Kiai Syahid berkata. "Orang-orang itu salah sangka, dikiranya aku ini keramat. Padahal yang punya keramat itu sebenarnya ya Nyai (Mbah Shofiyah-red). Aku bisa begini ini karena Nyai. Kalau bukan karena dia, mustahil aku bisa istikamah," cerita Gus Yahya menirukan Kiai Syahid.
Bagi masyarakat Desa Kemadu Kecamatan Sulang saat itu, Nyai Shofiyah tergolong kaya-raya. Kebun dan sawahnya luas. Nyai Shofiyah mewakafkan lahan untuk membangun pesantren bagi Kiai Syahid, suaminya. Tak hanya itu, Nyai Shofiyah juga merelakan hasil panen pertaniannya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Singkat kata, dengan dukungan Nyai Shofiyah, Mbah Syahid bisa fokus dan istikamah mengajar santri dan masyarakat, tanpa harus terbebani urusan ekonomi keluarga.
Pondok Kemadu sendiri didirikan sekira era 1970-an oleh KH Ahmad Syahid bin Sholikhun bersama istri pertamanya, Nyai Shofiyah. Pondok ini terletak di Jalan Rembang-Blora KM 14, tepatnya di Desa Kemadu Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang.
Sepeninggal Nyai Shofiyah, Kiai Syahid menikah dengan Nyai Hj Nur Rohmah Syahid dan dikaruniai dua orang putra yakni Rabbi’ Lutfi (Gus Obi') dan Safiqoh Samiyah (Neng Sa).
Pada Jumat, 3 September 2004, Kiai Syahid wafat pada usia 78 tahun. Kia Syahid dimakamkan di sebelah pusara istri pertamanya, Nyai Shofiyah yang berada di komplek pondok.
Sepeninggal Kiai Syahid, Pondok Kemadu diasuh dan dipimpin oleh Nyai Hj Nur Rohmah Syahid. Saat itu, Gus Obi' dan Neng Sa masih kecil.
Saat ini, Gus Obi' masih mondok di sebuah pesantren ternama di Pare. Ia juga tengah menyelesaikan studi S-1 di sebuah perguruan tinggi ternama di Malang.
Usai merampungkan studinya, Gus Obi' berencana membantu ummi--panggilan Gus Obi' kepada Nyai Hj Nur Rohmah--nggulowentah santri-santri di Pondok Pesantren Kemadu melanjutkan perjuangan Sang Ayah, Kiai Syahid. (Rom)
Kirim Komentar: