"Setiap hari ada ribuan peziarah yang datang. Ada dari lokalan Rembang, hingga luar Jawa. Kalau pas liburan seperti ini, peziarah lebih banyak lagi, " ucap petugas yang jaga di Pasujudan Sunan Bonang, Abdul Qorib.
Gapura depan Pasujudan Sunan Bonang. (Rom/Rembangcyber)

REMBANGCYBER.NET, LASEM - Sejumlah peziarah dari berbagai daerah mendatangi  Pasujudan Sunan Bonang yang berada di Desa Bonang Kecamatan Lasem, Rabu (1/1/2020).

Mereka datang secara berombongan baik bersama keluarga, kerabat maupun tetangga.
Pasujudan Sunan Bonang yang diyakini sebagai tempat bersujud dan bertapa Sunan Bonang, salah seorang Wali Songo yang hidup sekitar abad 15,  memilki daya tarik tersendiri bagi para peziarah. Selain mudah dijangkau, tempat ini juga berada di perbukitan sehingga peziarah dapat menikmati hawa sejuk karena kawasan ini banyak ditumbuhi pohon rindang.

Lokasi Pasujudan Sunan Bonang sendiri berbatasan langsung dengan Jalur Pantura Rembang, tepatnya di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Sunan Bonang merupakan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang merupakan putra dari Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila putri Aryo Tejo, tumenggung Majapahit yang berkuasa di Tuban.

Sunan Bonang yang mempunyai nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim menyebarkan Agama Islam di daerah Bonang Lasem, Jawa Tengah hingga ke Tuban, Jawa timur.

155 anak tangga menuju Pasujudan Sunan Bonang. (Rom/Rembangcyber)
Sunan Bonang lahir pada tahun 1465 Masehi dan wafat 1525 Masehi.

Para peziarah meyakini bahwa dengan wasilah kepada para kekasih Allah, salah satunya kepada Sunan Bonang akan mempercepat terkabulnya doa.

Pasujudan Sunan Bonang yang merupakan sebuah petilasan peninggalan Sunan Bonang hingga saat ini terawat dengan baik.
Petilasan tersebut berupa empat bongkahan batu yang diyakini merupakan tanda bekas sujud sang sunan.

"Setiap hari ada ribuan peziarah yang datang. Ada dari lokalan Rembang, hingga luar Jawa. Kalau pas liburan seperti ini, peziarah lebih banyak lagi, " ucap petugas yang jaga di Pasujudan Sunan Bonang, Abdul Qorib.

Gapura dalam Pasujudan Sunan Bonang. (Rom/Rembangcyber)
Empat bongkah batu besar tersebut terdiri satu batu berukuran besar, dipercaya terdapat cap dahi Sunan Bonang saat bersujud. Batu berikutnya berukuran sedikit lebih kecil, terdapat cap kaki sebelah kiri. Dipercaya cap kaki tersebut merupakan kaki Sunan Bonang saat bertapa, berdoa kepada Allah dengan berdiri satu kaki. Dan
dua batu lainnya dengan ukuran lebih kecil merupakan tumpuan kaki sang sunan.
Di dekat petilasan Sunan Bonang juga terdapat makam Putri Campa, murid Sunan Bonang yang datang dari negeri Campa.

Untuk mencapai tempat ini, peziarah harus mendaki 155 anak tangga. Konon, tempat ini sebelumnya berupa hutan kemuning.

Cungkup yang mrnaungi batu petilasan Sunan Bonang. (Rom/Rembangcyber)
Petilasan Suan Bonang, sudah dinaungi bangunan layaknya rumah mungil yang mampu menampung 5-7 orang. Untuk masuk ke petilasan Suanan Bonang, peziarah harus merangkak melewati pintu kecil setinggi sekitar 50 cm.

Karena ukuran bangunan yang kecil, peziarah harus antre untuk bisa masuk ke petilasan. Meski demikian, tak mengurangi antusias peziarah untuk dapat menyaksikan secara langsung salah satu bukti karomah peninggalan sang sunan. (Rom)

Kirim Komentar: