Boyolali (Soloraya Cyber) – Kabupaten Boyolali menggelar festival kuliner makanan Tradisional. Kegiatan dilaksanakan di alun alun Pemkab Boyolali, Sabtu- Minggu (16- 17/5).
Beragam makanan dan jajanan di pamerkan rangkaian peringatan HUT Boyolali ke-168. Uniknya, makanan yang disajikan tak sekedar dipamerkan semata, namun pengunjung bisa langsung mencicipi aneka makanan sesuai harga yang tertera. “Festival diadakan untuk mengenalkan kembali makanan tradisonal seperti getuk, apem, klepon, cenil, Nagasari dan makanan tradisional lainnya,’ kata Ketua Panitia Mulyono Santoso.
Dijelaskan, festival sekaligus menghadirkan pedagang makanan yang biasa berjualan di Boyolali maupun kawasan Solo Raya. Dari Boyolali, hadir Soto Mbok Giyem yang terbukti laris hingga sekarang. Juga ada gado- gado, dawet maupun aneka jenis makanan lainnya.
Tercatat sebanyak 60 pedagang meramaikan kegiatan tersebut. Diharapkan, kegiatan tersebut bisa menjadi ajang untuk mengenalkan aneka makanan tradisional kepada masyarakat, utamanya generasi muda.
“Jangan sampai anak muda hanya kenal pizza maupun CFC,” kata Mulyono Santoso yang juga kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Boyolali, sebelum mebuka acara.
Padahal, makanan seperti getuk, nagasari, dawet, gado- gado, soto sudah dikenal enak sejak dulu. Makanan itu juga bergizi dan harganya murah.
“Kami tidak ingin makanan tersebut dilupakan masyarakat. Jadi kami memboyong pedagang langsung ke sini untuk menjajakan makanan tersebut,” katanya.
Selain festival makanan, juga digelar permainan tradisional. Pesertanya adalah anak- anak sekolah. Mereka memperagakan sejumlah permainan seperti engklek, bentik, batengklek dan permainan kelereng. Permainan tradisional tersebut mendapat sambutan meriah pengunjung, terutama anak- anak.
Salah satu pengunjung, Supardi (49) mengaku senang melihat festival makanan dan permainan tradisional. Selain dimaksudkan agar anak muda sekarang tidak lupa, juga sekaligus sebagai ajang nostalgia. Dia mengaku kembali teringat saat masa kanak- kanak di desa.
“Dulu saat malam hari, jika libur maka anak- anak sering bermain di halaman. Apalagi jika bersamaan dengan malam bulan purnama, halaman rumah pasti ramai,” pungkasnya.
Beragam makanan dan jajanan di pamerkan rangkaian peringatan HUT Boyolali ke-168. Uniknya, makanan yang disajikan tak sekedar dipamerkan semata, namun pengunjung bisa langsung mencicipi aneka makanan sesuai harga yang tertera. “Festival diadakan untuk mengenalkan kembali makanan tradisonal seperti getuk, apem, klepon, cenil, Nagasari dan makanan tradisional lainnya,’ kata Ketua Panitia Mulyono Santoso.
Dijelaskan, festival sekaligus menghadirkan pedagang makanan yang biasa berjualan di Boyolali maupun kawasan Solo Raya. Dari Boyolali, hadir Soto Mbok Giyem yang terbukti laris hingga sekarang. Juga ada gado- gado, dawet maupun aneka jenis makanan lainnya.
Tercatat sebanyak 60 pedagang meramaikan kegiatan tersebut. Diharapkan, kegiatan tersebut bisa menjadi ajang untuk mengenalkan aneka makanan tradisional kepada masyarakat, utamanya generasi muda.
“Jangan sampai anak muda hanya kenal pizza maupun CFC,” kata Mulyono Santoso yang juga kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Boyolali, sebelum mebuka acara.
Padahal, makanan seperti getuk, nagasari, dawet, gado- gado, soto sudah dikenal enak sejak dulu. Makanan itu juga bergizi dan harganya murah.
“Kami tidak ingin makanan tersebut dilupakan masyarakat. Jadi kami memboyong pedagang langsung ke sini untuk menjajakan makanan tersebut,” katanya.
Selain festival makanan, juga digelar permainan tradisional. Pesertanya adalah anak- anak sekolah. Mereka memperagakan sejumlah permainan seperti engklek, bentik, batengklek dan permainan kelereng. Permainan tradisional tersebut mendapat sambutan meriah pengunjung, terutama anak- anak.
Salah satu pengunjung, Supardi (49) mengaku senang melihat festival makanan dan permainan tradisional. Selain dimaksudkan agar anak muda sekarang tidak lupa, juga sekaligus sebagai ajang nostalgia. Dia mengaku kembali teringat saat masa kanak- kanak di desa.
“Dulu saat malam hari, jika libur maka anak- anak sering bermain di halaman. Apalagi jika bersamaan dengan malam bulan purnama, halaman rumah pasti ramai,” pungkasnya.
Kirim Komentar: