![]() |
Kirab budaya Desa Gowak, Lasem. (Rom/Rembangcyber) |
LASEM, RembangCyber.Net - Desa Gowak, Kecamatan Lasem terus memgembangkan potensi wisata yang dimiliki.
Berbagai cara dilakukan untuk mempromosikan destinasi wisata setempat. Diantaranya melalui kegiatan kirab budaya di acara sedekah bumi. Pataka desa diarak menuju Candi Malad, Rabu (1/8/2018).
Candi Malad sendiri merupakan makam Dewi Indu, Raja Lasem pada 1351 M. Dewi Indu atau yang populer dengan sebutan Bhree Lasem wafat pada 1382 M.
Kepala Desa Gowak, Suprapto, mengatakan sedekah bumi selain sebagai wujud syukur atas karunia yang diberikan Allah SWT juga bertujuan unruk nguri-uri kebudayaan.
"Kita adakan kirab untuk menengenalkan potensi wisata desa. Selain Candi Malat, masih banyak destinasi yang saat ini tengah dalam pengembangan. Ada air terjun Kalimancur serta Watu Tapak yang merupakan situs bersejarah," ucapnya.
Suprapto menambahkan, Pada tahun 2019 pihaknya fokus ke penataan kepariwisataan dan pengelolaan air.
"Tahun ini, kami alokasikan anggaran untuk menunjang sarana prasarana kepariwisataan. Diantaranya pembangunan rabat dan paving untuk halaman Candi Malad sebanyak Rp20 juta dan pembangunan jalan serta pagar makam Panji Sumilir Rp50 juta," imbuhnya.
Bupati Rembang, H Abdul Hafidz yang turut serta dalam kirab budaya tersebut harus rela berjalan kaki sejauh 3 kilometer. Dengan mengenakan busana beskap berwarna merah, Bupati Hafidz sangat menikmati perjalanan menuju lokasi Candi Malad.
"Pemkab sudah seharusnya memperhatikan kebudayaan termasuk di dalamnya cagar budaya. Terlebih di Lasem memiliki sejarah yang luar biasa," ucapnya.
Lebih jauh Hafidz menambahkan, Undang-undang cagar budaya memang sudah ada, namun peraturan pemerintah belum dibuat, sehingga pemkab kesulitan untuk membuat Perda. Namun menurutnya agar bisa maksimal dalam pengembangan potensi lokal termasuk cagar budaya, pihak desa bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pemkab.
“Tetapi yang penting menurut saya bagaimana caranya potensi lokal yang ada bisa ditindaklanjuti. Empun jenengan yang kurang apa, bilang ben gampang, saya mohon kecamatan dan desa bisa bersatu padu,” tegasnya. (Rom)
"Kita adakan kirab untuk menengenalkan potensi wisata desa. Selain Candi Malat, masih banyak destinasi yang saat ini tengah dalam pengembangan. Ada air terjun Kalimancur serta Watu Tapak yang merupakan situs bersejarah," ucapnya.
Suprapto menambahkan, Pada tahun 2019 pihaknya fokus ke penataan kepariwisataan dan pengelolaan air.
"Tahun ini, kami alokasikan anggaran untuk menunjang sarana prasarana kepariwisataan. Diantaranya pembangunan rabat dan paving untuk halaman Candi Malad sebanyak Rp20 juta dan pembangunan jalan serta pagar makam Panji Sumilir Rp50 juta," imbuhnya.
Bupati Rembang, H Abdul Hafidz yang turut serta dalam kirab budaya tersebut harus rela berjalan kaki sejauh 3 kilometer. Dengan mengenakan busana beskap berwarna merah, Bupati Hafidz sangat menikmati perjalanan menuju lokasi Candi Malad.
"Pemkab sudah seharusnya memperhatikan kebudayaan termasuk di dalamnya cagar budaya. Terlebih di Lasem memiliki sejarah yang luar biasa," ucapnya.
Lebih jauh Hafidz menambahkan, Undang-undang cagar budaya memang sudah ada, namun peraturan pemerintah belum dibuat, sehingga pemkab kesulitan untuk membuat Perda. Namun menurutnya agar bisa maksimal dalam pengembangan potensi lokal termasuk cagar budaya, pihak desa bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pemkab.
“Tetapi yang penting menurut saya bagaimana caranya potensi lokal yang ada bisa ditindaklanjuti. Empun jenengan yang kurang apa, bilang ben gampang, saya mohon kecamatan dan desa bisa bersatu padu,” tegasnya. (Rom)
Kirim Komentar: