![]() |
Gus Baha' saat menerima waetawan Rembang di kediamannya, Senin (10/2/2020). (Rom/Rembangcyber) |
REMBANGCYBER.net, KRAGAN - Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Rembang silaturahmi ke kediaman KH Bahauddin Nursalim atau yang populer dipanggil Gus Baha' di Desa Narukan Kecamatan Kragan, Rembang, Senin (10/2/2020) malam.
Rombongan dipimpin Ketua PWI Rembang, Musyafa.
"Pada momentum Hari Pers Nasional (HPN) ke-74 ini, kami ingin ngaji menambah pengetahuan untuk mewujudkan organisasi yang lebih bermartabat.
Dengan ngaji ke Gus Baha’ diharapakan dapatdapat mempe cakrawala pengetahuan para wartawan Rembang dalam menjalankan profesinya. Apalagi banyak yang mengidolakan Gus Baha' karena keilmuannya yang mendalam dan ngajinya yang disampaikan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah diterima," ucap Musyafa.
![]() |
Para wartawan foto bersama dengan Gus Baha'. (Rom/Rembangcyber) |
Kepada para kuli tinta, Gus Baha' yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Tahfizul Quran LP3IA (Lembaga Pembinaan Pendidikan Pengembangan Ilmu Alquran) mengatakan profesi wartawan sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
"Di zaman nabi sudah ada. Dulu penyair atau semacam telik sandi yang ditugasi untuk mendapatkan informasi penting. Mereka suruhan raja tertentu, mirip intel. Menariknya informasi yang diberikan ya obyektif.
Dulu memilih pujangga yg paling dikagumi. Tujuannya dapat mempengaruhi masyarakat. Kalau tulisannya bagus ditempelkan di Ka'bah. Kalau di kampung ya di gardu (pos kamling). Kalau dia bilang baik orang lain ikut berkata baik, begitu sebaliknya," ucap Gus Baha'.
Gus Baha" berpesan agar wartawan menjalankan profesinya dengan profesional dan obyektif sehingga dapat mencerdaskan masyarakat.
"Kaidahnya begini, agama itu tidak pernah menghalalkan yang haram, ya nggak pernah mengharamkan yang halal," terang Gus Baha'.
Aktivitas maupun pekerjaan yang digeluti seseorang, imbuhnya lagi, tidak bisa dipandang hanya dari sisi halal atau haram. Halal pun kalau meninggalkan kewajiban yang lebih penting, tetap akan mendatangkan dosa.
“Contohnya saya jagongan sama jenengan, tapi semisal ibu saya koma di IGD. Saya nerima seperti ini juga haram, karena memprioritaskan sesuatu yang nggak penting, mengalahkan yang super penting," pungkas Gus Baha’. (Rom)
Kirim Komentar: