Berdasar silsilah keturunan, Mbah Soleh masih dzurriyah Nabi Muhammad dari jalur Sayyidina Husain putra Siti Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW.
Makam Mbah Sholeh yang lebih dikenal dengan sebutan Kiageng Panohan. (Rom/Rembangcyber)
REMBANGCYBER.NET, GUNEM - Ribuan kaum muslimin dari berbagai daerah berziarah di makam Mbah Mohammad Sholeh atau yang lebih dikenal dengan Kiageng Panohan, di Desa Panohan Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jumat (5/4/2019) sore.

Mereka khidmat mengikuti seremoni  haul (peringatan wafat tahunan) tokoh penyebar agama Islam di kawasan Kecamatan Gunem yang terkenal sakti mandraguna itu.

Peziarah datang dari berbagai daerah diantaranya, Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang, Kiai Syarofudin Ismail Qoimas atau yang akrab dipanggil Mbah Syarof dalam tausiahnya  mengatakan, Mbah Sholeh -- panggilan Kiai Mohamad Sholeh -- merupakan salah satu wali Allah yang telah mendarmabaktikan hidupnya untuk kemaslahatan umat.

"Kita ngumpul di sini tidak lain untuk ngalap berkah Mbah Sholeh yang merupakan wali Allah. Dengan peringatan haul,  kita juga diingatkan tentang kematian. Suatu saat, kita pasti akan mati. Tentu kita harus menyiapkan bekal sabanyak-bnyaknya.

Yang ketiga, ini sekaligus peringatan isramikraj yang artinya, kita harus menjaga salat kita. Karena oleh-oleh dari isramikraj Kanjeng Nabi adalah salat lima waktu," tutur Mbah Syarof.

Makam Mbah Sholeh dinaungi Pohon Beringin yang rindang. (Rom/Rembangcyber)
Salah seorang tokoh kia muda setempat, Mbah Muslih mengatakan, makam Mbah Sholeh selama ini sering didatangi para peziarah dari berbagai daerah.

Mereka yang datang biasanya menggelar tahlil dan dzikir lainnya dengan berharap mendapatkan limpahan berkah Mbah Sholeh.

"Kisah ketokohan Mbah Sholeh ini sudah mendarang daging di masyarakat melalui cerita tutur para sesepuh dan kiai-kiai yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Maknya banyak yang ke sini. Dan oleh masyarakat sekitar, Mbah Sholeh diyakini merupakan leluhur yang memiliki maqom kewalian. Buktinya, banyak yang berziarah. Kalau tidak wali atau orang soleh, tidak mungkin makamnya didatangi peziarah dari berbagai daerah," terang Mbah Muslih.

Berdasar silsilah keturunan, Mbah Soleh masih dzurriyah Nabi Muhammad dari jalur Sayyidina Husain putra  Siti Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW.

Hal itu tampak jelas dalam bagan silsilah yang terpajang di Joglo Peristirahatan di selatan makam.

Tembok prasasti di selatan Makam Mbah Sholeh. (Rom/Rembangcyber)
Dalam silsilah tersebut, Mbah Soleh juga merupakan keturunan Maulana Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunungjati.

Salah seorang peziarah Abdul Hakim, mengatakan ia pernah mendapat sepenggal kisah kewalian Mbah Soleh atau Kiageng Panohan dari gurunya, seorang ulama besar di Sarang.

Dikatakan gurunya itu, Mbah Sholeh merupakan sosok orang hebat yang memiliki banyak kelebihan yang berjasa menyebarkan Islam di sekitar kawasan pegunungan Botak dan Kendeng Rembang.

"Beberapa kali ke sini. Pertama mendapat cerita Mbah Soleh dari kiai saya. Jadi kalau pas lewat atau acara di sekitar Gunem, ya mampir tahlil di Mbah Sholeh," ucap Hakim, warga Kragan.

Makam Kia Mohamad Sholeh berada di pemakaman umum Desa Panohan Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang. Beberapa sumber menyebut, Mbah Sholeh merupakan keturunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW generasi ke-26.

Joglo di selatan makam Mbah Sholeh. (Rom/Rembangcyber)
Makam Mbah Sholeh tepat berada di bawah Pohon Beringin yang besar. Untuk memasuki makam ini, peziarah harus melewati satu pintu yang hanya bisa dilewati satu orang sambil berjongkok.

Pintu makam tidak terbuat dari kayu maupun tembok, melainkan akar pohon yang telah membentuk seperti mulut goa.

Di dalam makam, lantai sudah berkeramik. Luasannya mampu menampung sekira 10 hingga 20 orang.

Suasan makam sangat teduh dan asri. Banyak pohon rindang berdiri tegak di kompleks makam ini.

Awalnya makam Mbah Sholeh biasa saja, seperti makam yang lain pada umumnya. Belum ada Joglo maupun bangunan lainnya.

Setelah banyak masyarakat luar daerah  berziarah ke tempat ini, masyarakat Desa Panohan mulai menata bangunan makam. Makam yang semula ditumbuhi semak belukar dan tak terawat, disulap menjadi bersih dan asri sehingga peziarah lebih nyaman dan khusuk dalam berdoa.

Menurut cerita tutur, Mbah Sholeh bukanlah warga setempat melainkan pendatang dari Cirebon  Jawa Barat.

Pada zaman kolonial, beberapa kiai dari Banten dan beberapa wilayah di Jawa Barat yang mengadakan perlawanan kepada  penjajah terdesak dan harus mundur mengasingkan diri untuk menghimpun kekuatan di Jawa Tengah.

Diantaranya adalah Mbah Sholeh bersama dua cantriknya Kiai Ali Mahmudi dan Kiai Abu Bakar. Selanjutnya, tiga tokoh ini merapat ke Lasem dan dalam perkembangannya menyebarkan Islam di wilayah selatan Lasem.

Ketiga tokoh ini selain dikenal sakti mandraguna, mereka juga dikenal sangat ramah kepada siapapun sehingga  mereka sangat mudah dalam menyebarkan Islam kepada masyarakat.

Mbah Sholeh dimakamkan di Panohan (tengah), sedangkan dua cantriknya Mbah Ali Mahmudi dan Mbah Abu Bakar di makamkan di tempat terpisah yang juga masih berada di wilayah Desa Panohan.

Mbah Ali Mahmudi di sebelah barat, dekat jembatan Panohan dan Mbah Abu Bakar di sebelah timur  pemukiman di Desa Panohan. (Rom)

Kirim Komentar: