![]() |
Banser Rembang siap membantu polisi amankan Natal dan Tahun Baru. (Rom/Rembangcyber) |
REMBANGCYBER.NET, KOTA - Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Rembang turut serta membantu pihak Kepolisian Resor Rembang untuk pengamanan Perayaan Natal dan Tahun Baru.
Kepala Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Banser Kabupaten Rembang Abdul Rosyid mengatakan pada pengamanan Natal dan Tahun Baru, pihaknya menyiagakan 60 orang personel Banser.
“Oleh Polres Rembang, kita diminta membantu mengamankan 9 gereja pada Operasi Lilin Candi. Per titik, kita turunkan lima orang. Ditambah 15 orang yang siaga di Sekretariat Markas,” ucapnya, Senin (23/12/2019).
Sembilan gereja itu adalah Santo Petrus Paulus, Bethel Tabernakel, Mahanaim, Kristen Jawa, Bethel, Kristen Indonesia, Isa Al-Masih, dan Katolik Lasem.
"Personel Banser ikut bersiaga sejak 23 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020. Kita lakukan pergiliran terhadap personel yang turun dalam pengamanan," imbuhnya.
Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Rembang Muhammad Nadhif Shidqi mengatakan, Banser selalu siap membantu mengamankan kepentingan bangsa dan negara.
“Selain kita sedang dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kita juga siaga membantu pihak kepolisian dan pemangku kebijakan keamanan lainnya untuk Operasi Lilin Candi 2019,” katanya.
Senada, Sekretaris Pimpinan Cabang GP Ansor Kabupaten Rembang Pujianto meminta kepada setiap kader yang bertugas pada pengamanan perayaan Natal dan Tahun Baru untuk membantu aparat keamanan dalam melakukan deteksi dini pelaku teror.
Pujianto menambahkan, berdasar publikasi Departemen Keselamatan dan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait pedoman untuk mengenali ciri-ciri serangan bom bunuh diri, pelaku serangan bom bunuh diri biasanya akan sering bergumam dan berbicara sendiri serta pandangan yang sangat fokus terhadap suatu titik yang akan menjadi lokasi serangan.
"Selain itu, menggunakan baju yang relatif berukuran besar dan tas ransel besar meski dalam kondisi cuaca yang panas," urainya mengutip
Deteksi berikutnya, menggunakan aroma parfum yang tidak biasa, sebab sebelum melakukan aksi bom bunuh diri pelaku biasanya melakukan ritual yang diyakini sebagai persiapan menuju surga.
"Pelaku teror biasanya juga mampu berbaur dengan kerumunan orang, dia memulai aksinya dari lokasi yang ramai. Bercukur jenggot dan kumis sebelum melakukan serangan publik untuk menutupi identitas. Calon pelaku biasanya berusia antara 16-40 tahun baik perempuan ataupun laki-laki atau anak-anak berusia 9-15 tahun," imbuhnya lagi.
Pujianto menekankan, jika melihat orang dengan gerak-gerik seperti ini, waspada dan segera berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat.
"Tugas kita membantu aparat keamanan, semampu yang kita mampu. Selebihnya, karena kita membantu, ya kita ikut SOP petugas," pungkasnya. (Rom)
Kirim Komentar: